BINCANG ASYIK PEJUANG LITERASI




Dunia perpustakaan mungkin sudah tidak asing lagi buat kita ya guys, gimana gak asing lha wong dari TK sampe SMA sekolah kita pasti ada perpustakaan, yato ? tapi jujur ya  guys, pasti banyak diantara kita yang dibilang jarang nongkrong diperpus buat baca, pinjem buku, atau diskusi. Malahan berdasarkan pengalaman penulis dulu pas sekolah perpustakaan itu buat tempat hukuman siswa yang bermasalah sama guru. Perhatian terhadap perpustakaan (dulu) emang gak begitu kedengeran, bahkan profesi pekerjanya juga nggak banyak dibicarakan. Kali ini saya akan mengajak pembaca berbincang asyik dengan beberapa pejuang literasi dari lintas dunia perpustakaan. As you know perpustakaan bertebaran disekitar kita mulai perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, perpustakaan umum, perpustakaan khusus (instansi atau kantor), TBM dan masi banyak lagi wujudnya.
Untuk Part I saya akan mengulas pejuang literasi yang berasal dari YPPI (Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia) Surabaya. Dicki Agus Nugroho lulusan Ilmu Perpustakaan Undip ini memang  tidak bekerja diperpustakaan melainkan melakukan pengembangan perpustakaan atau bisa dibilang konsultanya perpustakaan. Mulai dari desain, pembangunan, manajemen, pelatihan SDM, maupun perencanaan-perencanaan jangka pendek dan jangka panjang perpustakaan. Yang jadi moto dalam pekerjaan ini yaitu “Dunia dalam Genggaman”, so wajib hukumnya bagi staff YPPI ini fast respon klo dihubungin guys baik contact person atau via sosmed. Nah mungkin ini nih perlu dicontoh para pustakawan dalam melayani pertanyaan maupun kebutuhan informasi user harus fast respon dan eksis di sosmed supaya lebih dekat dengan pelanggan setianya. Kepuasan user memang investasi dari pelayanan sehingga loyalitas user pun akan terbentuk.
YPPI sendiri sangat welcome buat siapa aja yang mau berkunjung ke basecamp YPPI didaerah perumahan Rungkut Asri Barat X/9 Surabaya. Di basecamp YPPI juga disediain photobooth lo, jadi tiap dateng bisa selfie-selfie biar ada kenang-kenangan (^^). Ada tips dari mas dicki nih kalo mau berkunjung pas jam makan siang aja, soalnya di YPPI ada budaya kerja makan siang bersama, jadi selain dapet ilmu juga dapet makan siang.  “Budaya makan sendiri dirutinkan sebagai ajang sharing dengan kwalitas makanan yang terjamin, kayak diperusahaan Google yang menyediakan kantin pada setiap sudut kantornya dengan makanan bergizi baik, karena dengan memberikan staff makanan yang baik maka kinerja mereka akan baik juga” tutur sang narasumber. Penulis sangat setuju dengan statement ini guys, lingkungan kerja yang diciptakan di YPPI ini akan menumbuhkan solidaritas serta loyalitas kerja. Jika pekerja loyal seberat apapun pekerjaan pastinya akan terasa ringan. Penghargaan terhadap pekerjaan yang dijalani sebagai pejuang literasi menjadi kebanggaan tersendiri bagi stafnya.
 (Sumber :  http://arekarekkreatif.blogspot.co.id/)
            YPPI bisa dibilang LSM jadi untuk keberlangsungan organisasi ini didukung donatur atau founder untuk meng-cover semua kebutuhan yayasan. Untuk itu YPPI sering bekerjasama dengan CSR dari perusahaan-perusahaan besar. Mas dicki ini udah sering malang melintang meyakinkan perusahaan untuk melimpahkan CSRnya dalam pengembangan perpustakaan. Usaha ini bukanlah hal yang mudah mengingat perpustakaan belum banyak dilirik donatur. Dan kegagalan pun sudah menjadi makanan sehari-hari tapi dengan semangat yang tak pernah putus proposal sudah banyak yang gol kepelosok tanah air. Masalah gaji semuanya disesuaikan dengan kompetensi yang dimiliki. Pimpinan yayasan juga support penuh kebutuhan peningkatan kompetensi stafnya melalui seminar, pelatihan atau kursus sesuai bidang yang diminati. Tradisi lain yang unik dari YPPI yaitu CM : Coffe Morning, yaitu meeting santai untuk ngobrolin kegiatan mulai dari senin sampe jumat, evaluasi kegiatan seminggu kebelakang. Kalo denger ceritanya sih kayaknya gak bakal bosen apalagi terjebak rutinitas  kerja di YPPI. Semoga saja habit kerja diYPPI yang sudah sedikit disampaikan mas dicki di atas bisa menginspirasi pejuang literasi (pustakawan) yang berada di tingkat sekolah,perguruan tinggi, instansi pemerintahan maupun perpustaka-perpustakaan khusus lainnya untuk terus kreatif, inovatif dan upgrade skill biar kekinian. Hehehe.... (Salam Literasi).

0 comments:

Post a Comment

 
Let's Make Indonesian Librarian Story Blog Design by Ipietoon