Bicara tentang pustakawan emang gak ada habisnya.
Pustakawan saat ini bukanlah sahabat buku saja, namun profesi ini berada pada
titik yang stategis berdampingan dengan displin ilmu lain. Aktivitas
perpustakaan yang mencakup hal ruang, gedung, informasi, SDM, sarana prasarana,
layanan dengan dinamikanya membutuhkan pendekatan interdisipliner dalam setiap
pemecahan masalahan. Pendekatan interdisipliner menuntut pustakawan
berkolaborasi dengan berbagai pihak profesional bidang lain guna memberikan
performa terbaik kepada masyarakat. Hal ini mencerminkan hakikat pustakawan
sebagai makhluk sosial yang membutuhkan partner lain. Sebagai contoh, di tengah
kemajuan TI kebutuhan pustakawan akan profesional TI tidak dapat ditawar
lagi.
Menurut June Abbas dalam Sudarsono[1] posisi strategis pustakawan memiliki beberapa peran,
yaitu: pustakawan sebagai gerbang menuju masa depan maupun masa lalu;
pustakawan sebagai guru atau yang memberdayakan; pustakawan sebagai pengelola
pengetahuan; pustakawan sebagai pengorganisasi jaringan sumberdaya informasi;
pustakawan sebagai mitra masyarakat; pustakawan sebagai kolabolator dengan
penyedia jasa teknologi informasi; pustakawan sebagai teknisi kepustakawanan;
pustakawan sebagai konsultan informasi.
Dalam kaitannya menguak peran pustakawan sosialita,
terlihat jelas bahwa pustakawan berperan sebagai mitra masyarakat. Kata
sosialita yang memang sudah disalah artikan masyarakat. Sosialita selalu di
identikkan dengan life style glamour, barang-barang branded, arisan
dan hura-hura. Secara etimologi, sosialita, atau sosialite, berasal dari dua
kata, yaitu sosial dan elite. Adapun kata sosial bermakna Pertemanan dan
menjalin hubungan-hubungan kemasyarakatan. Sementara elite artinya antara lain:
1. Orang-orang terbaik atau pilihan di suatu kelompok; 2. Kelompok kecil
orang-orang terpandang atau berderajat tinggi (Bangsawan, cendikiawan, dsb).
Sisi sosialita pustakawan menunjukkan bahwa pustakawan
sebagai pelayan masyarakat, wajib hukumnya menciptakan suatu hubungan interaksi
sosial yang lancar, agar pemenuhun kebutuhan pemustaka dapat mencapai pada
titik yang memuaskan. Dinamika kebutuhan masyarakat yang senantiasa berubah
harus dihadapi pustakawan secara responsif agar tidak ditinggalkan begitu saja
oleh pangsa pasarnya. Refleksi terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat perlu
ditinjau lagi terlebih gencarnya perkembangan internet yang memberikan
informasi instan dan mulai menggeser perpustakaan. Pendekatan terhadap
komunitas-komunitas yang tumbuh dimasyarakat merupakan langkah strategis pustakawan
dalam turut berperan dalam memberdayakan masyarakat. Sebagai elite mitra
intelektual pustakawan tidak hanya piawai mengelola informasi, tetapi juga
dapat membimbing atau menjadi konsultan literasi informasi. Pustakawan
sosialita merupakan pejuang literasi yang berjiwa sosial dalam memperjuangkan
kemajuan, dan permberdayaan masyarakat.
Sumber: Blasius Sudarsono, Antologi Kepustakawanan Indonesia, (Jakarta: Sagung Seto, 2006).
Pustakawan sosialita, siapa takut 😉
ReplyDeletemasyarakat partner pustakawan sosialita , semangat bersosialita ^^
ReplyDeletesemangat bersosialita...menyimak tulisanmu
ReplyDelete